Senin, 31 Oktober 2016

38.000 KM Perjalanan Bersama Yamaha YZF R 25

Assalamu'alaikum Sobat Chabex

Salam Sejahtera Untuk Kita Semua



THIS IS MY BABY M1

Pernahkah sobat Chabex berpikir sejenak sejauh apa saya telah berkendara dengan motor saya? Momen - momen apa yang telah kami lalui bersama? Apa saja yang telah terjadi selama kami bersama? Apa kesan sobat tentang motor yang sobat kendarai? Apa saja kesulitan dan 'penyakit' motor sobat? Semua pertanyaan - pertanyaan itu coba dijawab oleh salah seorang member Chabex yang bernama Bayu Pahlevi (nomer registrasi YROI Nasional #325) bersama Yamaha YZF R25 nya dan akan membagi kan pengalaman - pengalaman nya bersama Sang Baby M1.







Perkenalkan nama saya Bayu Pahlevi usia 27 tahun seorang Hotelier. Pada akhir tahun 2013 lalu, ketika itu saya masih menggunakan Yamaha Vixion, terdengar rumor yang sangat panas dalam dunia otomotif Indonesia khususnya roda dua. Dimana salah satu raksasa otomotif Jepang, Yamaha, disinyalir akan segera merilis sepeda motor sport dari clan YZF R-series dengan menggendong mesin 250cc parrarel twin. Hal ini merupakan kabar gembira bagi semua pecinta roda dua terutama bagi mereka yang telah sekian tahun setia menunggu bersama motor Yamaha Sport seperti Scorpio, Vixion maupun Byson. Tentu tidak akan melewatkan momen - momen dari mulai launching, press release hingga public release dan akan berusaha untuk mendapatkan motor produksi pertama.

Awal semester ke dua tahun 2014, setelah muncul teaser dari sang Brand Ambassador Yamaha R25 -Valentino Rossi- saya semakin mantap untuk segera meminang. Suara raungan mesin yang halus, berkarakter dan terkesan mirip dengan suara mesin tiga silinder saat digeber di RPM tinggi dan tagline dari Rossi ketika itu tentang R25 "This Bike really packs a punch!", menambah rasa penasaran seperti apa jagoan baru si seperempat liter Yamaha ini ketika revs the limit.

Momen paling ditunggu yaitu ketika launching dengan metode inden online, namun saya berusaha untuk menunggu sang jagoan tertampang jelas di dealer. Hingga akhirnya setelah meihat langsung sosok si jagoan di Blok M Plaza saya benar - benar kepincut. Desain yang fresh, warna striping yang menyatu (racing blue). Body nya ramping tidak seperti 250 cc kompetitor, kesannya kalau pertama kali lihat serasa naik Vixion tapi pasti tenaga di atas kompetitor. Wah benar - benar worth it ! Namun tetap saja ada dua hal yang membuat saya kecewa, arm belakang yang belum aluminium dan suspensi belakang yang tidak pro-link seperti Vixion. Namun kekecewaan itu hilang ketika melihat redline RPM di angka 14.000 dan terdapat fitur seperti shifting gear light, jam, gear position dan yang benar - benar baru di Indonesia saat itu yaitu informasi mengenai konsumsi bensin yang bisa di set berdasarkan jarak/liter ataupun sebaliknya.

PAMERAN YAMAHA R25 di BLOK M PLAZA


Bulan September 2014 saya meminang sang jagoan, Alhamdulillah akhirnya kesampaian punya motor sport 250 cc twin. Langsung tes geber motor nya (tak peduli masih masa inreyen), benar-benar dahsyat gigi tiga bisa degeber hingga 120 kpj ++. Wow, what a punch ! itulah kesan pertama, walaupun saat didorong motor ini jauh lebih berat dari Vixion, tapi ketika didorong sambil dinaiki, motor ini seringan Vixion dan ketika di gas lebih enak diajak bermanuver, minim getaran, suara seperti suara Yamaha M1 (ya walupun saya cuma dengar dari TV, YouTube ataupun Instagram) ketika digeber mendekati limit RPM (knalpot standart). Tapi menurut saya R25 ini terlalu nyaman buat saya, kurang menunduk, mungkin akan lain cerita kalau saya itu om - om buncit usia 40an ++. Saat itu juga saya bawa ke Bengkel Resmi Yamaha untuk menurunkan stang 3,5 cm. Setelah saya turunkan respon saya adalah "nah ini baru motor sport".

Hari pertama si baby M1, saya langsung berinisiatif mencari Club Yamaha R25 via Facebook dan club yang pertama kali saya lihat di facebook adalah YROI (Yamaha R25 Owners Indonesia) dan saya meninggalkan kontak saya dan malam nya saya di telpon oleh Bro Fabian (sekarang Ketua Chapter Bekasi) untuk bergabung dengan YROI Bekasi. Dan akhirnya saya bergabung dengan jumlah member di Chabex saat itu belum ada 20 rider.

Bulan pertama si RJigo tidak saya pakai untuk touring karena STNK baru turun 1.5 bulan sejak petama saya beli dan saya melewatkan momen Musyawarah Nasional YROI yang pertama di Cibodas yang belakangan saya sesali melewati momen bersejarah itu begitu saja. Setelah STNK terbit barulah saya berani untuk geber motor ini jauh, dan pilihan pertama saya adalah Puncak karena jalurnya yang lengkap seperti di sirkuit seperti ada Main Straight (Jalan Raya Bogor), Chicane (Depan Gunung Mas Puncak), U Shape (Tapal Kuda Cianjur) dan banyak fast corner untuk rolling speed. Haha macam pembalap pro aja ya, padahal amatir. Si jagoan baru Yamaha ini benar-benar teruji saat melewat jalur Bukit Pelangi, tanjakkan tidak terasa seperti tanjakkan. Semua tanjakkan dapat ditaklukkan dengan mudah dan tidak harus turun ke gigi rendah karena torsi nya yang besar. Sangat stabil di tikungan semakin membuat percaya diri siapapun yang menaikinya. 

Bulan kedua destinasi selanjutnya adalah Solo, Jawa Tengah, kali ini tidak hanya ingin coba sensasi sang Jagoan di trek lurus tapi juga mengetahui tingkat keakuratan fuel consumption indicator. Selama 10 jam perjalanan dari Bekasi hingga Solo, trek yang memungkinkan untuk menggeber RPM tinggi adalah Jalan Lingkar Luar Karawang Patrol Indramayu dan Lingkar Luar Kendal, top speed terbaik adalah 176 kpj di Karawang yang sebenarnya masih bisa naik kalau kondisi Jalan kita seperti Malaysia, dimana motor 250cc boleh masuk highway. Sejujurnya amat sangat tidak disarankan untuk mencari top speed di jalan karena jalan raya memang fungsinya bukan untuk balap. Namun karena saya khilaf :D, apa boleh buat, dan saya mohon maaf untuk itu. Bagimana dengan Indikator konsumsi BBM nya? Apakah Akurat? Jarak antara Bekasi dan Solo adalah 600 KM di speedo meter. Dengan konsumsi bensin Rp. 180.000,- pertamax dengan empat kali pengisian di Cirebon 50 ribu, Pom Bensin Muri Tegal 50 Ribu, di Ungaran Semarang 50 ribu dan di Solo Kota 30 ribu. Indikator menunjukkan angka 25 km/liter. Jika kita bagi 600 KM dengan 25 km/liter hasilnya adalah Yamaha R25 menghabiskan 24 Liter dari Bekasi hingga Solo dan saat itu harga Pertamax berkisar di harga Rp. 7.500,- jika dikalikan dengan 24 liter, coba tepat berapa hasilnya? Luar biasa tepat Rp. 180.000,-. Saat itu saya salut dengan tingkat keakuratan BBM meter di R25, sehingga tidaklah berlebihan jika saya memberikan nilai 100% akurat. 

Salah satu peristiwa yang akan tetap saya ingat adalah ketika saya mengikuti Jambore Nasional petama di dunia yang di selenggarakan oleh kawan-kawan dari YROI Bandung. Karena selain menjadi saksi bersejarah tentang kumpulnya para Rider R25, selepas acara tepatnya saat perjalalan pulang seratus meter sebelum lampu merah perempatan Jambu Dua saya mengalami crashed akibat mengantuk (bobo di motor :D) karena sedikit memaksakan untuk masuk kerja. Saya jatuh menabrak mobil dari belakang dan ketika jatuh sempat terlindas motor. Akibat hantaman keras di bagian mobil telapak tangan kiri saya patah dan motor hancur di seluruh bagian kiri dan seluruh lampu depan. Alhamdulillah saya full safety gear jadi saat terlindas motor tidak terpengaruh sama sekali. Mungkin lain cerita ya kalau yang melindas itu mobil, saya tidak akan pernah bisa sharing disini :D. Hal positif dari kejadian itu adalah saya menjadi mengerti bagaimana prosedur inden spare-parts motor, berapa harganya. Sejujurnya, walaupun Yamaha R25 ini bagi sebagian orang adalah produk "murahan" justru saya bangga, saat terkena musibah uang yang saya keluarakan untuk membeli body, lampu, dan parts tidak semahal yang saya kira. Entah berapa biaya yang harus saya keluarkan seandainya saya saat itu bukan pakai R25, harus berapa lama saya inden karena parts original nya harus diimpor? Saya kira akan sampai menyentuh angka delapan juta rupiah minimal sementara biaya yang saya keluarkan tidak mencapai setengahnya. Dan yang terpenting adalah saya belajar untuk tidak memaksakan untuk riding jika keadaan fisik tidak memungkinkan. Terima kasih untuk Kepala Mekanik DDS Bogor Bro Aji yang telah membantu saya mengurus motor selama saya dalam masa perawatan. Terima kasih untuk kawan-kawan YROI yang telah ikut memonitor.
WAKTU CRASH.. MIRIP LAGI DIKEROKIN YA :D

Bulan-bulan selanjutnya saya tetap rutin untuk touring minimal sebulan sekali dengan berbagai macam tujuan seperti Anyer, Pantai Sawarna, Bandung, Garut, Kuningan, Lembang, hingga yang terakhir ketika saya mengikuti Musyawarah Nasional YROI yang kedua di Jogjakarta  dengan terpilihnya (kembali) Ketua Umum YROI Nasional Bro Murriansyah (Murray). Saya juga mengikuti  beberapa seri  Yamaha Sunday Race selama dua tahun ini, namun nanti saya ceritakan di artikel terpisah terutama untuk kawan-kawan yang belum pernah merasakan balapan dengan standar internasional. Selamat untuk Bro Murray dan jajaran kepengurusan YROI yang baru, semoga YROI semakin di depan.

Apa sajakah kesulitan dan penyakit Yamaha R25 saya? Sejujurnya saya termasuk orang yang beruntung karena hingga detik ini saya belum menemukan kesulitan yang berarti tidak seperti beberapa member Chabex yang sempat mengalami trouble pada motornya. Mulai dari masalah overheat,  bearing jebol, kiprok yang rusak, socket terbakar. Masalah satu-satunya yang saya alami sejauh ini adalah overheat karena kipas radiator mati akibat tertutup kotoran, debu, pasir. Setelah dibersihkan kipas kembali bekerja normal layaknya masih baru. Sekedar masukkan untuk kawan-kawan yang baru memiliki R25, rajin-rajinlah membersihkan area yang tidak tersentuh ketika di cuci seperti bagian belakang radiator dan bagian depan mesin. Serta rajin-rajin mengecek perangkat kelistrikan mulai dari socket-socket, tegangan baterai aki setiap kali servis motor. Dan jangan lupa membeli aki cadangan jika usia motor sudah di atas dua tahun. 

Kesan saya selama memiliki Yamaha R25 adalah bangga memiliki produk lokal yang diakui secara global. Mesin yang tangguh, handling yang mumpuni, desain yang fresh, kualitas cat tidak sejelek yang saya kira, karena New Vixion Lighting saya belum ada dua tahun cat nya menguning namun kualitas cat R25 sepertinya tidak main-main karena untuk pasar global. Yang terpenting dari itu adalah After Sales Service jempolan dari Yamaha serta ketersediaan parts yang always ready stock meskipun harus inden tapi tidak akan lebih dari seminggu (tergantung lokasi & jenis parts). Dan Yamaha sudah membuktikan pada saat recall R25 dimana saya juga telah ikut dalam program recall tersebut.

Pesan saya untuk Yamaha kalau nanti mau facelift R25 ya seperti prototype nya gitu masa prototype nya R25 yang pake desainnya malah R1 sama R6 sih? Lalu ditambah beberapa fitur apa saja yang jelas bisa bikin shock kompetitor. Yang terpenting tentunya menjaga harga, jangan seperti sebelah dalam menentukan harga. Dijamin R25 Semakin di Depan.


Sekian dari saya
Thanks for reading
#semakindidepan #lampauidirimu #lifeisarace
We R More than Friends, We R Family
YROI #325













4 komentar:

  1. Mantap yroi chabex, gaspoll terus, semoga saya suatu saat bisa beli r25 dan gabung, hehe

    BalasHapus
  2. Mantap....maju trus bersama R25...bravo

    BalasHapus
  3. Fabian YROI ChaBeX #1211 November 2016 pukul 18.44

    Mantabbb... 😊😊😊

    BalasHapus
  4. malam gan... malam minggu ane boleh join kopdar ga di axc smb bksi?

    BalasHapus